Chantika

                                             Chantika

Dalam setahun hanya beberapa hari aku merasa bahagia. Tapi saat Kau memanggilku dengan suara lembutmu sambil tersenyum lebar membuatku berdebar “Chantika..”. iya namaku adalah Putri Chantika Laksanami, biasanya dipanggil Chantika. Aku adalah anak satu-satunya dikeluarga Laksanami, mempunyai sifat berani, jujur dan adil itu adalah salah satu keturunan dari kakek ku. Semuanya terasa sangat indah saat aku mulai mencari keadilan. Sayangnya tidak untuk sekarang ini, aku mulai kehilangan jati diriku, ketika kedua orang tua ku pergi bertugas ke Belanda dan tidak pernah kembali untuk selamanya. Itu adalah masa tersulit untukku.
Setelah aku mengantarkan mereka ke pemakaman, aku mulai berjalan dengan badan tanpa nyawa, aku menangis berhari-hari tanpa makan dan minum. Aku hanya ingin tidur dan tidur. Tapi ntah kenapa hari ini aku ingin keluar setelah 100 hari orang tuaku pergi, Aku berjalan melihat dunia yang masih saja berputar walaupun aku hanya berdiam diri, mereka semua tetap asik mencoba bertahan hidup di dunia yang semakin lama semakin gila.
Mereka tetap mencari uang, sekolah, dan ada juga yang melakukan kejahatan. sesekali aku melirik mereka dengan tatapan sedih, juga gembira ketika ada seorang anak kecil yang menggoda ibunya “ Mama.. makan apa hari ini? Bagaimana kalau sate ayam”. Aku teringat lagi dengan ibuku yang suka pura-pura lupa masak dengan tatapan manisnya yang membuat aku ingin memeluknya.
Aku juga merasakan kehangatan ayahku ketika aku melihat seorang laki-laki gagah yang menyerupainya, aku terus-terus terbayang dengan kehadiran mereka tapi aku tau menangis itu adalah perbuatan yang sangat dibenci oleh ayahku tapi apa boleh buat aku tetap merasakan kehilangan yang sangat dalam. Tapi sebenarnya kesedihan itu bukan aku saja yang merasakan tapi masih banyak orang yang merasakan kesedihan lebih dari aku. Kata mamaku sesekali saat aku merasakan kesedihan karena orang menghinaku karena mencari-cari keadilan.
 Akhirnya aku pun terhenti di sebuah kampus yang sangat tinggi dan megah, dengan taman berbunga yang membuat hatiku berdebar. “hei.. siapa kamu? Anak baru ?” ujar laki-laki itu dengan manis. Aku hanya menatapnya sekali dan mulai berlari. “ hei…” teriaknya.
Bruk! Aku terjatuh tepat di depan segerombolan orang dan melihat dengan hari-hati, ketika semakin jelas “ Loh!! Mereka?” ujarku kaget. “Hei!! Chantika ayo!!” teriak salah satu orang dari mereka, namun aku tetap terdiam.
Hari demi hari tetap aku lalui dengan suasana hati yang gelap dengan teman-teman yang mulai menjahuiku, tapi sepertinya aku yang menjauh dari mereka, aku menjauh mungkin karena aku merasa terkucilkan dan hanya ingin mengunci diri dirumah.

Tepat pukul 12:00 aku pun membuka pintu dan melihat teman-temanku sambil mereka berkata “When we can get together I feel paradise”.
“aku akan selalu untukmu Chantika, tetap bersama kita” ujar Lili,
“Don’t Break It, aku sahabat mu” kata Layla
“ Senang melihatmu terseyum, ayo tersenyum bersama” Sunny
“sudah cukup sedih, bangun dan lihat matahari bersama” Kei
“morning coffee, aku tidak akan minta bayarin lagi deh, ayo kesana.” Mei
Kata-kata mereka yang membuat jantungku berdetak hari ini membuat aku percaya bahwa hidup terus berputar tanpa kita sadari dan harus kita manfaatkan dengan baik karena hidup itu hanya sekali. Sambil melihat mata kecil mereka aku pun berkata iya.
Aku pun kembali bangkit menjadi mahasiswa lagi yang aktif aku juga meneruskan setiap aspirasiku mengenai keadilan dikampus dengan mengikuti organisasi jurnalistik. Aku bisa mengkritik mereka yang melanggar aturan dengan tatanan yang lebih sopan dan sampai ke mereka tanpa aku melukai banyak pihak terutama diriku sendiri, karena pesan ibuku aku hanya perlu berjuang dengan hukum dan tulisan yang mempunyai maksud jelas dalam hidup.
Ayahku juga berkata orang yang bila jika waktu menyembuhkan segalanya adalah orang yang belum pernah terluka jadi kita harus menyerang dengan kekuatan kita tanpa membiarkan waktu berjalan tanpa melakukan sesuatu. 
            Ketika aku dengan teman-temanku sedang asik main terdengar lagi “Hei.. Chantika!” melihatnya aku pun teringat dengan sosok laki-laki yang memanggilku di kampus ini. “William ? teman kecilku ? jadi kamu” ujar ku bingung. “hehe iya, jangan sedih selama ini, ada aku”
            Aku dan teman-temanku itu pun semakin sukses menyerang diri kita yang malas dengan kegelapan dan merasuki diri kita. Jadi aku merasa kebersamaan pasti ada walaupun kita merasa sendiri, itu tergantung diri kita apakah kita mau menerima mereka atau tidak.

Comments

Popular posts from this blog

Just Go

Ding DoNG

Be I