Just Go

Just Go
            Ketika aku turun dari bus, aku melihat seorang laki-laki yang sangat menyedihkan dia seperti malaikat yang kehujanan di tepi sungai. Entah kenapa aku merasakan kehangatan saat melihat matanya dan aku selalu merasa ingin tersenyum saat melihatnya, padahal ini pertemuan pertamaku dengannya. Dan aku berdoa agar aku dapat bertemu dengannya lagi.
“ terimakasih” ucapku dengan senyum kecilku. Namun dia hanya mengangguk tanpa menjawabku. Namaku Lisa Jingga. Para fansku memanggilku Lisa Star atau Lisa, aku adalah penyanayi terkenal dikota ini namun aku sanggat kesepian tak ada yang menemaniku, apalagi pacar. “hahaha.” Gumamku dalam hati.
“hai Lisa, ngapain kamu? Kok bengong.”
“oh bukan apa-apa. Ini tolong dimasukkan, besok pagi kita ke Rumah Sakit ya. Cassandra”
“ oke Lisa, oh iya kemarin aku dapat kabar kalau Jannie operasi.”
“operasi apa? Bagaimana kalau kita menjenguknya sekalian besok?”
“baiklah.”
            Tepat pukul 10 pagi, setiap akhir pekan aku selalu mengunjungi Rumah Sakit untuk memberikan beberapa makanan dan mainan kepada anak-anak kecil yang ada disana, sekalian mengadakan konser kecil untuk menghibur para pasien agar tidak sedih.
“sudah siap? Mega. Cassandra???”
“ oke, ayo cepat.” Kami pun berangkat bersama menggunakan bus kota dan disana aku melihat laki-laki yang aku sukai sedang menatap kaca jendela bus dengan wajah yang sangat murung.  Kami pun berpapasan namun dia tak melihatku, dan aku hanya melihatnya dari belakang kursi.
“ rumah sakit, nona Lisa ayo turun hahaha ...” teriak sopir bus tampan itu sambil menggodaku. Dia adalah sopir bus langganganku, dia juga mengenal baik keluargaku karena dia adalah kakak tertua dari ibuku.
“baik Paman Roli..” aku pun turun dengan sangat cepat beserta para penumpang. Termasuk laki-laki itu, aku heran kenapa dengan wajahnya kali ini. Dia pun berlari entah kemana seketika menghilang dari hadapanku dan kami...
BRUKK!
“ maaf!” ucapku.
“oh tidak apa-apa,  ini gitar mu.” Ujar laki-laki itu sambil memberikan gitarku bertuliskan LISA.
“ namamu Lisa ya?”
“ iya, kok tau?”
“ itu ada namanya. Apa kamu penyanyi, aku pernah melihatmu di halte bus.”
“ hahah iya , aku penyanyi. Benarkah ? oh kamu cowok yang kedinginan itu ya.” kami pun berjalan dan akhirnya berpisah di lorong perbatasan ruang anak-anak dan remaja.
“ aku ke arah sana, duluan ya.”. ujarku pelan. Dan berlahan dia meninggalkan aku dengan sangat cepat, aku pun segera masuk untuk mengunjungi anak-anak yang sudah menunggu disini setiap hari.
“nona... apa yang akan kau nyanyikan?”. Tanya anak kecil yang sangat dekat denganku. Dia disana sudah lama, sekitar 5 tahun yang lalu aku berkenalan dengannya dia sangat ceria walaupun dia sedang mengidap penyakit yang mematikan, dia tak pernah menangis sedikit pun.
“nona, akan menyanyikan lagu kesukaanmu sayang, bagaimana kalau kalian makan ini dulu. Nona akan menyiapkan perlatannya.”
“baiklah nona, terimakasih... hahha” ujar para anak-anak itu sambil tersenyum bahagia. Aku pun menyiapkan semuanya dengan sempurna. Seluruh anak-anak sudah duduk dan memegang sebuah lolipop yang aku beli kemarin malam. Aku pun mulai memetikkan gitar dan bernyanyi, semua orang yang ada disana sangat menikmati laguku, dan aku mulai tertarik dengan sosok laki-laki yang berdiri dipinggir lorong perbatasan itu sambil menunjukkan wajah tampannya. Diakhir lagu dia juga menyempatkan menepuk tangannya dengan sangat keras, seakan seluruh tepuk tangan itu berasal dari tangannya. Dia pun bersama temannya berjalan menghampiriku, semakin dekat jarak kami. Aku merasakan jantungku berhenti sejenak. Namun dia ,menemui sosok wanita yang pernah aku lihat di wallpaper HP nya.
“cewek itu siapa sih?” batinku.
“ kenapa Lis? Kok diam saja? Ayo ke Jannie. Dia pasti sudah menunggu kita.”
“ oke, kamar berapa ?”
“ kamar 07 JW”
“ alay banget nomornya, hahah”
“ jelas lah, itu permintaan putri kecil itu.”
“kok bisa ?”
“ 07 itu,  nomor kesukaannya. JW adalah JANNIE WONNBI.”
“ ahh dia selalu seperti itu. Ayo..”
            Kami pun masuk kedalam kamar Jannie disana suasana sangat sepi namun penuh dengan berjuta kotak hadiah.
“ Jannie... hai bagaimana kabarmu?” sapa ku.
“baik, kenapa lama sekali. Tadi aku mau ngenalin kamu sama kakak sepupuku loh..”
“oh benar kah? Maaf tadi aku konser dulu. Hahah, biasa tour dunia dokter anak.”
“ hahaha.. benarkah dia akan bergabung dengan band Kakak sepupumu?” tanya Mega senang.
“wahh itu kesempatan yang sangt bagus.” Lanjut Cassandra.
“benar ayo, bergabung dengannya, baiklah aku akan mengatur pertemuan kalian di Caffe WonnKu ya.”
“oke, tapi tunggu kamu pulih dulu Jannie.”
“oke!” . kami pun akhirnya berpisah dan beberapa minggu kemudian aku mendapatkan sms dari Jannie.



Sms

Lisaaa.. hari ini kita bertemu jam 13.00 ya di Caffe Wonnku. Jangan lupa dandan yang cantik.
Baiklah, tunggu aku ya. Kamu sudah keluar dari RS.?
Sudah.. ayo kita bertemu..

            Aku pun langsung bergegas mengambil tas dan gitarku, namun aku mulai berpikir,, dan segera aku menarik ponselku dan mengetik..

Sms

Jannie, sepertinya aku akan terlambat tunggu ya. Aku harus mengurus gitarku dulu.
Baiklah,

            Aku pun langsung berlari kerumah Mega dan Cassandra untuk mengajaknya.. TOK TOK TOK
“bagaimana ini?? Aku akan bertemu dengannya .. TAPI pelampilanku ??”
“ tenang ada kita, ayooo belanja...”
           
#Toko baju
“ selamat datang nona..” sapa penjaga toko baju itu. Kami pun mulai memilih-milih baju yang sangat cantik. “Bagaimana kalau ini, “ tidak... itu jelek..” “ kalau ini???” ahh itu sangat mini..”
“ Lisaa... ini “ teriak Cassandra sambil menunjukkan dress pink pendek. OKE . setelah kami mencobanya dan akhirnya kami membelinya,
“ kak tolong ini ya, tapi langsung dipakai boleh?”
“boleh nona, harganya 550.000”
“apa yang harus aku lakukan sekarang??”
“ ayo kita kesalon..” ajak Mega.
“ tapi ini sudah jam 11 siang.”
“tenang saja, kita hanya menata rambutmu saja.”. tak memerlukan waktu yang lama akhirnya kami sampai disebuah salon yang sangat terkenal. Aku berdandan seperti putri yang akan menghadiri pesta dimalam hari,
“ bagaimana??”
“ini sangat cantik..”
“baiklah aku berangkat sekarang. Jam berapa ini?”
“ jam 12.31.”
“wahh aku telat , bagaimana ini??”
“aku pergi dulu..”. “tungggu Lisaa.. sepatu mu?? Pakai pengharum dulu. Itu masih bau toko.” . mereka sangat baik padaku, Cassandra sang aktris, meminjamkan sepatu hak tingginya dan Mega desainer itu memberikan parfrumnya kepadaku, dan memanggilkan aku taksi. Taksiiii...
“ke Caffe disembrang sana ya pak.”
“ baik nona..” didalam perjalanan aku sangat gugup sampai sepatu yang dipinjamkan Cassandra rasanya akan patah. “ bagaimana kalau dia, bilang aku jelek .. aku harus bagaimana?? Ini sangat menakutkan..”
“ohh gitarkuuu..”.
            Akhirnya aku sampai di caffe tanpa membawa gitar keberuntunganku..
“ hai Lisaa..” teriak Jannie dari dalam. Maklum lah suaranya kayak petir yang menyambar bisa samapi kemana saja. Namun itu yang membuatnya unik.
“ hai..” aku pun membuka pintu dan mataku langsung tertuju meja no 7, yang disana sudah ada Jannie dan dua laki-laki yang sudah aku ketahui siapa mereka dan ada satu perempuan yang duduk disebelah laki-laki hujan itu.
“ kenalin namanya Lisa.. dia teman yang aku bicarakan?”
“ hai saya Lisa, senang bertemu dengan kalian.”. Kami pun saling berjabatan tangan, tidak dengan Wonnbi. Karena aku sudah mengenalnya sejak lama. Dia adalah sepupuku dan dia pacar dari temanku, Jannie. Akhirnya aku mengetahui namanya.
“ Jinan.. kau yang kemarin kan?”. Ucapnya.
“ iya,”. “ aku Rose pacar Jinan.” Lanjut cewek itu.
“ wahh kau ini pamer sekali sih, Rose.” Canda Jannie dengan senyum liciknya.
“kau baru beli baju ya? Itu dressnya masih ada label harganya.” Sindir Rose.
“ iya...” jawabku dengan nada lesu. Kami pun berbincang-bincang dengan sangat ringan. Tidak dengan Jannie dan aku. Karena cewek yang bernama Rose itu selalu menempel sama pacar jannie dan aku baru mengetahui bahwa Jinan sudah punya pacar. Berbeda dengan Jinan, dia selalu memasang wajah gembiranya didepan sang pacar yang jelas-jelas sedang bersama laki-laki lain.
“ ini menyebalkan!!. Sayang aku lelah.” Ujar Jannie sambil menarik tangan pacarnya dari tangan Rose.
“ iya sayang.. bagaimana?? Mau pulang??” ujar Wonnbi.
“ iya sayang..” akhirnya Jannie pun berpamitan dan aku pun memilih pulang dengan wajah muram.
            Hari-hari berlalu dengan sangat cepat, kami pun ditakdir bertemu kembali. Kali ini tidak ada cewek yang bernama Rose itu, dia sendirian mengendarai motor hitamnya dan berhenti sejenak sambil berkata..
“ Lisa? Mau kemana? “
“ iya Jinan. Mau ke Caffe.. kalau kamu?”
“ sama , ayo bareng saja.”
“tidak ahh, nanti pacar kamu marah loh.”
“haha tidak lah, ayoo..”
“tidak ahh.. itu bus nya sudah datang.”
“baiklah hati-hati ya..”. ucapnya, selama perjalanan aku mengguman. “ kenapa aku tidak ikut saja, itu kesempatan yang sangat bagus. Kenapa aku menolaknya.”
            Akhirnya aku sampai dan..
“ Lisa, kamu mau ikut lomba itu..” tanyanya.
“tidak ahh, aku takut..”
“ kenapa takut, bukannya kamu sudah biasa??”
“iya sih,”
“ ikut aja, buat pengalaman.. kamu milih bernyanyi atau main gitar??”
“ ya aku milih semua sih, aku juga suka nyanyi..”
“lah ya, ayo ikut aja..”. oke deh, itu kata yang akhirnya membuat dia tersenyum dan wajahnya membuatku ingin tersenyum dan ketawa setiap melihatnya. Kami pun akhirnya bercanda-canda bersama namun seketika suansa menjadi sangat kacau,karena gadis yang selalu ada di hati Jinan datang dan menggangguku dengannya. Apalagi ia juga mengganggu Jannie dengan pacarnya, Jannie pun sampai mengeluarkan kata-kata yang menyakitkan hatinya. “ aku benci kau!!” teriaknya sambil menunjuk Rose yang sedang menggoda Wonnbi. Jinan yang melihatnya, hanya bisa tersenyum kecil sambil membawa pergi Rose dan seketika itu Jannie pingsan, dan membuatnya semakin khawatir. Kami yang ada disana pun merasa bingung. Kami pun membawanya kerumah sakit, berhubung sudah larut malam, Wonnbi pun menawarkan untuk mengantar Rose, dan Jinan hanya mengiyakan dan diujung jalan ia melihatku dengan tatapan kosong dan menghampiriku.
“ Lisa? Mau aku antar, bukannya rumahmu jauh, lagian ini sudah malam.”
“ tidak.. iya udah sih ayo. Hehe” candaku dan membuatnya tertawa. Kami pun akhirnya menikmati malam yang dingin ini dengan sangat hangat.
             Beberapa hari kemudian, kami selalu berlatih bersama, bernyanyi, memainkan gitar bersama. Dia pun juga mengajariku cara bermain bass dengan baik. Kami pun sempat bertukar lagu dan inspirasi yang luar biasa. Waktu lomba pun sudah datang.
#lomba pun dimulai... suasana sangat menyenangkan. Sekitar 15 menit berlangsung, kami pun memilih untuk langsung meninggalkan tempat itu karena gitarisnya yang bernama Jihoon sudah pesimis kalah, kami pun menuju sebuah rumah makan. Kami menaiki mobil Biru Wonnbi, disana ada 7 kursi: bangku depan diisi oleh sepasang kekasih yang tak dapat dipisahkan namun selalu diganggu oleh pasangan Jinan, dan bangku tengah diisi oleh laki-laki yang aku sukai dengan gadis yang tidak pernah bersyukur memiliki Jinan dan bangku paling belakang ada aku yang sendirian karena member band lainnya mengendarai motor sendiri. Suasana didalam mobil itu sangat hening. Apalagi itu sudah sangat malam. Aku bingung bagaimana aku pulang, namun aku mendapatkan sedikit rasa tenang karena diam-diam Jinan memperhatikanku dari kaca mobil Wonnbi. Kami akhirnya sampai disebuah rumah makan yang menghidangkan masakan laut. Wonnbi memilih tempat itu karena Jannie sangat menyukai makanan laut. Didalam sana si gadis itu tidak mau makan masakan itu dan membuat suasana sangat mengerikan. Jinan berlari keluar untuk membeli makan yang disukai oleh Rose. Selama Jinan pergi, gadis itu selalu mendekati Wonnbi. Aku yang melihat itu langsung berlari mengikuti Jinan sambil menemaninya memilihkan makanan untuk Rose. Jinan adalah laki-laki yang sangat menyukai pacarnya, dia sangat berjasa untuk pacarnya. Aku pun sempat berpikir “ apakah aku harus menghilangkan rasa suka ini.”. namun dia tak pernah membuatku untuk berhenti menyukainya.
“ kenapa kamu keluar?? Ini sangat dingin.”
“ aku bosan di dalam, kasihan lihat Jannie..”
“ kenapa Jannie.?”
“tidak apa-apa, emangnya kamu tidak kenapa-kenapa?”
“ aku?”. Tiba-tiba di tengah obrolan kami. Dia datang.
“ sayang ngapain sama Lisa?”
“ ayo masuk” lanjutnya.. Jinan pun hanya tersenyum kecil dan meninggalkan aku sendirian.
            Kami pun segera menyelesaikan makan malam dengan sangat tenang. Dan sekarang rasa gelisahku muncul lagi, karena malam semakin menyelimuti, tiba-tiba dia..
“ tenang lah Lisaku, jangan khawatir. Pasti kamu pulang dengan aman kok.”
“ iya-iya..” kami pun akhirnya pulang dengan selamat dan aku merasakan kegembiraan yang sangat nyata dia rela berjalan bersamaku dan meninggalkan sang gadis. Lama- kelamaan kami pun semakin dekat dan suatu hari Jinan memberanikan diri untuk mengucapkan kata-kata yang sudah lama ia tahan semenjak bersama Rose.
“ ayo kita putus! Maafkan aku ...”. karena tidak mau dibilang sebagai pengganggu hubungan orang, aku pun menjauh darinya. Namun apa boleh buat dia yang terus mendekatiku dan mengucapkan kata-kata yang sangat sudah aku tunggu saat pertama kali bertemu dengannya.
“ aku suka kamu.. apakah kamu suka aku?”. Tanya Jinan. Aku pun mengucapkan kata-kata yang sudah aku tahan . “ aku juga suka kamu.”. kami pun resmi bersama dan kami sukses dengan duet project kami.






Comments

  1. Keren a2p ,semangat trus ya ... Ayo baca cerpen karya a2p .ceritanya seru seru lohhhh :)))))

    ReplyDelete
  2. Keren a2p ,semangat trus ya ... Ayo baca cerpen karya a2p .ceritanya seru seru lohhhh :)))))

    ReplyDelete
  3. Sip eui ... Lanjut lagi lagi & lagi

    ReplyDelete
  4. Sip lagi & lagi karyanya di tunggu

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Ding DoNG

Be I