LeoNi

 LeoNi
          Pagi ini cuaca sangatlah indah berjuta-juta orang yang ada di desa ini menyambut datangnya masa panen yang sangat melimpah, termasuk gadis manis yang sedang menghirup udara segar di sekitar sawah yang sedang ramai akan penduduk desa. Namanya adalah Leoni Rani, yang berusia 18 tahun ini sedang menatapkan keindahan yang sangat luar biasa yang telah di berikan oleh Allah SWT yang sudah memberikan hidup ini sangatlah indah.
            Rani atau Leoni adalah gadis desa yang sangat cantik, pintar dan baik hati namun dia dari keluarga yang sederhana, dia tinggal dengan kedua orang tuanya dan juga neneknya. Dia selalu membantu sang ayah di sawah, dan membantu ibunya di pasar ikan.
“ permisi...” terdengar suara laki-laki yang ada di sebalahnya.
“ iya? Ada apa ?” tanyanya dengan manis.
“ apa kamu Leoni ?”
“ iya..”
“ oh mbak Leoni yang kemarin mencari pekerjaan di kota?”
“ sepertinya tidak, maaf salah orang.. saya permisi dulu ya .” dia pun pergi meninggalkan laki-laki berjas hitam itu. Dan menghampiri laki-laki yang sangat ia cintai.
“ ayah...” teriaknya dengan lantang.
“ iya anak ayah ,” balasnya dengan sangat gembira.
“ ayo ayah, kita makan bersama. Ibu sudah menunggu kita di gubug.”
“ iya sayang, tunggu sebentar sedikit lagi selesai.”
“ apa yang ayah lakukan..” ujarnya sambil berjalan menuju tanah yang sangat kosong.
“ ayah sedang mengecek tanah nak.”
“ wah pasti, kita akan mendapatkan keuntungan yang sangat banyak ya ayah.”
“ ya kita berdoa saja. Semoga panen kali ini kita mendapatkan keuntungan. Ayo nak.”
“ amin, ayah bagaimana kalau aku yang menawarkan beras kita di luar kota. Mungkin akan mendapatkan banyak uang.”
“ boleh sayang, nanti kita sama-sama ya anak ayah yang cantik.”
“ oke ayah.” Mereka pun akhirnya sampai di sebuah gubug dengan pemandangan gunung yang sangat indah, mereka makan bersama sambil bercerita dengan menunjukkan beberapa senyuman hangat sebuah keluarga.
            Tepat pukul 8 malam, telpon rumah berdering sangatlah keras. Tak ada satu orang pun dirumah. Seperti biasa ayah dan ibu pergi ke masjid untuk mengaji, leoni dan sang nenek sedang menjaga warung ibunya yang ada di pinggir jalan. Waktu terus berputar dan akhirnya satu persatu keluarga Leoni pulang, berbeda dengan Leoni yang harus belajar di perpustakaan desa. Leoni selalu pergi ke perpustakaan setiap malam, karena di saat itulah leoni bisa belajar dengan tenang. Namun Leoni tak seorang diri karena di sana semua pelajar tingkat menengah atau SMA belajar bersama-sama untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi atau kuliah di kota, ada juga yang belajar untuk masuk ke perusahaan yang ada di kota.
“ Leo..” teriak seseorang yang menunggu di depan pintu perpustakaan.
“ eh Devi..” . devi adalah teman kecil Leoni di desa, mereka bisanya  dibilang kembar identik namun beda orang tua. Tapi yang jelas mereka bukan saudara kandung.
“bagaimana ini, besok aku ujian.”
“ wahh selamat ya, kamu pasti bisa. Aku tau pasti kamu akan mendapatkan kesempatan ini.”
“ bagaimana kalau kita merayakannya besok, setelah aku ujian.”
“ benarkah? Aku ingin makan kepiting di sana. Mereka bilang kepiting di kota sangatlah enak.”
“ oke, kamu yang bayar ya, Leon.”
“ kok aku sih, kan kamu yang ujian.”
“ haha.. kan yang punya uang kamu.”
“ iya deh, besok aku ikut atau tidak?”
“ kamu ikut saja, soalnya orang tuaku besok pergi ke rumah nenek.”
“ baiklah, ayo masuk..”
            Meraka pun belajar bersama hingga larut malam, dalam perjalanan ke rumah. Baru kali ini suasana sangatlah mencengkam, semua bulu-bulu di tubuh dua gadis yang sedang menantikan hari esok merasakan kedinginan yang sangat mencekam. Langkah kedua gadis itu semakin lama semakin cepat dan sampailah meraka di rumah masing-masing. Suasana di rumah Leoni juga sangat sepi berbeda dengan hari-hari biasanya.
“ ayah.. ibu.. nenek..”. teriak gadis muda itu dengan wajah yang sangat ketakutan.
“ ayah...”
“ apa ayah dirumah.. ibu?? Nenek..” teriaknya berkali-kali sambil mengelilingi isi rumah, dan akhirnya ia menemukan sebuah surat yang tergeletak dibawah lantai dan telpon rumah yang bergelantungan. Dia pun membaca surat itu, lalu terteteslah air yang sangat lama ia nantikan. Air mata..
            Termenung dibawah lampu kamar yang setengah redup ia pun mulai tersadar jika sudah pagi hari,ia pun terbangun dan mulai membersihkan rumah dengan sangat rapi, mulai melupakan isi surat itu. Ia pun segera pergi ke kandang sapi yang tak jauh dari rumahnya. Ia berjalan dengan sangat berat, membawa beberapa rumput yang sudah ada di depan rumahnya. Kali ini dia harus mengurusi segalanya yang ada di kandang ini.
“ pagi sapi.. sapiku.. apakah tadi malam, kamu tidur dengan nyenyak.”
“ bagaimana perasaanmu? Apakah baik-baik saja?”
MOOOO... seketika seluruh sapi yang ada dikandang itu menyeruakan suaranya dengan sangat lemas.
            Dia pun membersihkan kandang sapi dan memberikan makanannya ke tempat sapi-sapi. Setelah dari kandang sapi ia pun bergegas menuju kandang ayam yang ada di sebrang kanan jalan itu.
“ hai.. ayam.. apa hari ini kamu senang? “ ujarnya dan segera mengambil beberapa makanan ayam yang tersedia disana. Berbeda dengan kandang sapi, kali ini Leoni mengambil hasil ternak ayamnya yaitu telur ayam. Dia pun melangkah maju menuju rumah yang sangat nyaman baginya. Dan mulai masuk ke dalam rumah.
“ ayah.. hari ini ayamnya bertelur dengan sangat banyak..” ujarnya dengan lemas. Tanpa respon ia pun segera menuju dapur dan membersihkan telur-telur itu dan menyiapkan beberapa bahan untuk dibawanya ke warung milik ibunya.
   Terus berjalan menuju sebuah warung makan yang sangat sepi, ia mulai membersihkan tempat itu dengan cepat. Ia Tarik sehelai pisau dan mulai memotong beberapa sayuran dan mulai memasak tak lama kemudia para pembeli sudah memadati warung itu, biasanya Leoni bersama nenek berjualan bersama namun kali ini dia harus berjualan sendiri, kemudian ia mulai melamunkan sesuatu yang sangat mengganggunya.
“ Leoni.. aku mau es kelapa muda ya..” ujar seseorang yang datang membangunkan lamunannya.
“iya tunggu sebentar,” ujarnya.
“ ini..”
“ bukannya kamu hari ini ke kota?”
“ benarkah? Sepertinya tidak.”
“ kamu yakin?”
“iya, emangnya ada apa ?”
“tidak..tidak apa-apa.”
“ ya sudah kalau begitu aku akan membersihkannya sekarang.”
“terimakasih, bagaimana kalau kamu ikut ke kota bersama yang lainnya,”
“tidak..” ujarnya dan seketika air turun dengan sangat deras dan membuatnya semakin hanyut pada kertas itu.
            Waktu terbelalu dan suatu hari seluruh barang-barang yang ada di desa itu milik Leoni hilang, alias di sita oleh pihak bank. Dia bingung entah harus kemana dan tiba lah seorang perempuan yang pernah ia temui dulu setiap malam di perpustakaan itu. Ia mengajaknya pergi ke kota untuk membalikkan keadaannya. Leoni pun ikut bersama Devi dan mulai hidup sebagai gadis kota yang sangat sukses, sebelum ia menjadi sukses ia pergi kesana kemari mencari pekerjaan. Dan suatu hari..
“ leoni ada yang mencarimu.”
“siapa? Suruh masuk.” Mereka pun berbincang-bincang sangat lama dan perempuan itu meninggalkan sebuah kertas kecil yang membuat ingatan Leoni kembali.
“ sayang,apa kamu baik-baik saja. Ayah dan ibu sedang di luar kota maafkan, ayah dan ibu tidak memberitahukanmu sayang. Surat yang dulu kamu temukan itu bukan dari ayah. Itu adalah jebakan yang di berikan teman ayah.. kita bisa hidup bersama lagi nak.”
            Setelah Leoni membaca surat itu, ia mulai meneteskan beberapa air mata dan berlari keluar kantornya. Sampailah ia di pemberitihan bus dan naik ke bus kecil yang selalu ia gunakan waktu pergi dari desa. Di perjalan ia tak kuat menahan kesenangannya, namun sinar matahari yang cerah berubah menjadi awan yang menangis dan seketika Leoni teringat oleh hari-harinya yang membangunkannya.
            Dua tahun Leoni hidup bersama seorang teman kecilnya di kota, ia tetap melanjutkan sekolahnya dikota dengan berusaha sekuat tenaga menyukupi kehidupan sehari-harinya, ia juga masih sering mengirim beberapa makanan ke panti yang ada di desa. Walaupun ia sempat di kucilkan di desa karena kondisi orang tuanya yang telah kabur dari desa, ia tetap mendirikan tubuhnya dengan hebat. Pertama kali ke kota, ia mencoba pergi ke tempat rumah makan kecil namun di tolak, dan ia mencoba pergi ke pusat perbelanjaan yang mencari seorang yang mengerti desain dan jahit menjahit namun ia juga gagal. Dia tidur dirumah kecil yang hanya beralaskan Kasur tipis di pusat kota yang sangat kecil. Namun ia tak pantang menyerah, di hari berikutnya ia membulatkan tekatnya dan berkata.
“ aku pasti bisa melewati ini. Aku pasti bisa!! Semangat LEONI!!”
            Kata-kata itu yang selalu ia ucapkan dan tak lupa ia juga berdoa kepada ALLAH SWT. Dia mencoba mendekati ibu kantin yang ada di kampusnya, namun di tolak karena ia dari desa. Dan saat itu desanya sedang mengalami berita yang sangat buruk dan orang-orang yang di kota tidak mau menerima satu orang pun dari desa itu, tak menyerah akhirnya ia mulai menanami beberapa jenis tanaman yang ia beli dari sisa uang yang dulu ia tabung di sekitar rumah kecilnya. Leoni selalu merawat tanaman itu dengan sangat baik dan akhirnya beberapa orang yang melihat ke sungguhan yang sangat mendalam dari hati Leoni akhirnya mulai mempercayainya, iya di panggil dan di suruh menanam beberapa bunga yang ada di rumah-rumah orang di sana. Ia melakukannya dengan sangat baik, akhirnya tanaman yang ia rawat sendiri menghasilkan buah dan sayuran yang sangat segar, semakin banyak orang yang mempercayainya dan beberapa orang dari bidang perkebunan menemuinya. Selain tanaman yang ada dirumah-rumah orang lain tumbuh dengan sangat segar, dirumah kecilnya juga tumbuh sangatlah segar. Ia membawa itu semua ke pusat perbelanjaan di kota dari yang kecil sampai yang besar, ia mencoba menawarkan buah-buahan itu dengan baik. Namun tak sedikit dari mereka menerimanya. Banyak yang menolak gadis itu dengan sangat halus dan kasar. Tapi semua itu tak berlangsung lama akhirnya ada seorang pemilik perkebunan yang saat itu mengalami ke sulitan dan mulai membicarakan tentang kemajuan dari perkebunannya dengan Leoni.
“ iya, ada yang bisa saya bantu pak?”
“ kamu Leoni anak pemilik perkebunan, peternakan dan pertania itu yang terkenal itu?”
“ iya ada apa ya pak?”
“ saya mau tanya-tanya tentang perkebunan……”
“oh baiklah pak, begini….” Ujarnya panjang dan akhirnya ia bekerja sama dengan pak Pewno dan teman-temanku di desa, akhirnya Leoni pun meninggalkan tempat kecil itu dan hidup di pinggiran kota yang pemandangannya sangat indah, dan meneruskan perkebunan orang itu hingga luar negeri, Leoni pun tidak sombong dengan semua yang ia miliki sekarang. Ia sesekali datang ke desa dan memberikan beberapa baju, makanan, buku, dan beberapa peralatan yang dibutuhkan orang desa, tak lupa ia juga mengambil lagi semua barang-barangnya yang ada di desa. Ketika ia ingin membayar ternyata semua itu sudah di beli oleh orang lain, jadi Leoni hanya membeli beberapa tanah baru di desa untuk tempat tinggalnya nanti bersama ayah, ibu dan nenek tercintanya.
            Sinar matahari mulai memperlihatkan senyuman cantiknya, di ujung jalan terlihat tiga orang yang sedang menunggu seseorang yang sangat mereka nantikan dan beberapa orang yang masih percaya kepada orang yang baik tetap menatapkan matanya pada sebuah bus kecil yang mengantarkan orang desa menuju kota, semakin dekat-semakin terlihat jelas tulisan yang Leoni temukan dirumah waktu itu.
-Kertas-
Kau tak tahu diri sekali, berani-benarinya kamu mengambil hak milik orang lain, pergilah dari tempat ini kamu sangat tidak pantas, bawalah orang tuamu dan istrimu. Jangan berani-berani kamu melangkahkan kakimu di desa ini.
            Seketika itu seluruh desa mulai membicarakan gossip yang melanda desa Leoni.
“ Leoni…” teriak salah satu orang yang sudah lama ia nantika.
“ ayah… ibu… nenek..” teriaknya, mereka pun akhirnya bersama kembali, dan melanjutkan kehidupannya seperti dulu, menanam padi, berkebun, berjualan, hingga makan bersama di pinggir kebun dan bercerita sepanjang hari bersama.

                                                End-
Sekian dari a2p terimakasih sudah menyempatkan waktu membaca cerpenku, nantikan cerpen berikutnya minggu depan. Saya berharap bantuan dari kalian semua untuk memberi kritik dan saran. J terimakasih.

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Just Go

Ding DoNG

Be I