CUPID


CUPID

Seperti Cupid yang menembakkan panah cintanya, aku mulai terbangun karena sinar semangat untuk bergegas menghadiri First Opening toko kue di ujung rumahku. Aku yang tengah memilih-milih baju, tiba-tiba mendengar rintikan hujan yang sangat keras dibalik jendela kamarku. Tak membuatku lemah, aku pun semakin bersemangat.
Namaku Sana Gladis Putri. Biasanya dipanggil Sana, seorang gadis yang cantik dan sangat mencintai kue. Dengan baju pink berkerah di padukan dengan rok mini kotak-kotak, aku pun mulai melangkah keluar rumah dengan sandal putih yang bermotif bunga. “ hai..” teriak Eli dari jauh. “ mau kemana ?” lanjutnya dan entah berlari atau berjalan, dia sudah disampingku. “ mau ke toko kue itu.” ujarku senang. “benarkah?  Ayo kesana.” Ajaknya.
Eli adalah tetangga dan teman sekolahku sejak 4 tahun lalu. Kami pun mulai berjalan menuju toko itu dengan memakai payung transfaran yang cukup bersejarah bagiku. “selamat datang, nona” sapa cowok berdasi hitam sambil membukakan pintu untuk kami. Seperti Cupid atau dewa cinta yang menembakan panahnya tepat di hatiku, aku pun di buat  luluh karena aroma kue-kue yang baru saja diangkat dari oven besar.
“ mau pesan apa nona?” tanyanya. “ nona..” panggilnya lagi. “ oh.. maaf” ujarku. “ apa yang paling enak disini? Bolehkah aku bertanya.” Lanjutku. “ kami punya First cake dengan keju diatasnya. “ benarkah? Dimana..” tanyaku. “ tunggu sebentar nona, First cake akan hadir dalam 2 menit lagi. Tolong  ke kasir untuk mendaftar.”.
“ ha? Mendaftar? Kenapa ? buat apa?” tanyaku. “ ahh sudahlah, cepat!! Aku sudah daftar loh.. nanti kamu ke habisan.”  teriak Eli dari jauh. “ iya Nona, sudah 50 orang yang mendaftar. Ini terbatas Nona.”. dengan bingung aku pun mulai berlari ke arah kasir dan Bruk.. “ sial aku jatuh” gumamku dalam hati.
“ bisa kah ini untuk ku??” tanyaku pelan pada cowok bertopi merah. “ maaf ini tinggal satu, siapa yang akan memesan?” tanya gadis kecil yang menurutku dia lebih muda dariku. “ saya Dek.” Jawab cowok itu. “ tolong, aku sangat menginginkannya.” Kataku dengan manis. “tidak bisa, saya dulu. Silakan pilih yang lain.” Ujarnya sinis.
 “ sial !! ” gumamku sambil menghela nafas. Aku pun terpaksa mengalah dengan cowok bertopi merah itu dan hanya membeli kue yang ada di luar bukan yang spesial bukan yang perdana. Rembulan pun mulai menyapaku yang tengah asik belajar, namun tiba-tiba aku mendapat pesan.

Chat :
Mendapat sms itu aku pun mulai teringat cowok menyebalkan ituDengan wajah yang sangat kesal bukanya tidur atau belajar untuk ujian besok pagi, aku malah mencari informasi toko itu dan mencoba memesan kue, namun hasilnya nol ( tidak dapat pencerahan ). Toko itu tidak membuka pesanan secara online.
Keesok harinya aku pun segera berangkat sekolah, tanpa memperdulikan ibuku yang tengah asik berbicara dengan temannya. Aku hanya mencium tangannya dan lalu pergi. Pagi ini aku menggunakan mobil putih yang baru saja aku dapatkan dari hasil menabungku,
“ Sana, apa yang terjadi dengan mata kamu?” tanya Randy. “ pastinya dia belajarlah apa lagi yang dia lakukan.” Jawab Ranma santai. “tidak, dia tadi malam sangat menyedihkan” goda Eli. “ ah sudahlah, ayo kita masuk” ajakku. “apa yang dia pikirkan sih, kenapa dia terlihat linglung.” Tanya Rendy bingung. “sudahlah biarkan”.
Teng.. Ujian pun dimulai, pertama kalinya aku keluar paling awal bukan karena sudah menyelesaikan soal tapi aku dipanggil oleh guru bahasaku ditengah-tengah ujian. “ saya disini Bu Rini.” Ujarku tenang. “ kenalkan dia teman baru kita.”. “ Gadis ku.” Ucapnya kaget saat melihat wajah cantikku. “ hei.. namaku Sana bukan Gadis.”. “ namaku Dion Walandow.” Ujarnya sambil mengulurkan tangan putih nya dan kami pun bersalaman. Seakan Cupid menembak hatiku dan membuatku pertama kali merasakan debaran cinta. “wahh, aku pasti gila.” Gumamku. “ kamu emang gila,” seru Ranma yang sembari tadi memperhatikan mataku yang tertuju dengan dia. “ menurutmu dia tampan kan?” tanyaku. “ wah.. seorang putri salju bisa suka pada cowok ya.” Goda Eli. “ bukannya suka, Cuma baru pertama kali aku melihat cowok setinggi itu dan setampan itu, apalagi dia..”. “ dia apa?” ujar Rendy yang terlihat cemburu. “ dia memiliki aroma kue” candaku.
Semakin dia mendekat ke arah ku semakin terasa Cupid menembakku dengan penuh cinta. Aku sangat menyukainya. Aku pun mulai memberanikan diri dengan mendekatinya, setiap aku menunjukkan kode-kode cinta dia selalu mendekat. Seperti permen karet yang melengket pada lantai sekolah itu lah cinta pertama ku. “ mereka itu ada apa sih? Selalu mengganggu.” Ujar Rendy.
Suatu hari saat aku sedang asik menenguk secangkir kopi, aku melihatnya. Dalam benakku, aku selalu bertanya-tanya “ apakah dia juga menyukaiku, kenapa dia tak pernah menelponku. Apa yang harus aku lakukan. Aku seperti orang yang linglung akhir-akhir ini.”
Nona.. mau kue itu? First Cake?” tanyanya. “ oke. Satu ya.” Jawabku. Tiba-tiba cowok bertopi merah itu pun datang entah dari mana dan duduk di depanku. “ kamu?” teriakku saat cowok itu melepaskan topinya. “ iya, aku Dion” . “ wah.. aku baru tahu kalau kamu , si topi merah.”. “ apa yang kamu lakukan, mau mengambil kue ku lagi wah..” ujarku kesal. “ tolong dibungkus ya” teriakku.
 “ baik, Nona”. Aku pun segera pergi meninggalkan toko.
Aku berjalan sambil bergumam sangat keras, sehingga ibuku yang tengah asik berbicara dengan temannya mulai terganggu. “ permisi ya, aku mau pulang dengan Anakku.” Ujarnya saat melihatku dan menghampiriku. “ ada apa sayang.”. “ aku sangat kesal Mam, ternyata cowok yang aku suka adalah cowok yang aku benci.” Ujarku. “ wah cinta kalian pasti sangat murni.”. “ cinta apa nya, ahh sudahlah Mam.” . “ aku akan tidur cepat, besok ada kelas bahasa.” Lanjutku dan mulai masuk ke kamar. Ketika seluruh teman ku asik mengobrol di grup chating sekolah, aku hanya asik bermimpi cowok bertopi merah.
Pagi ini tepat dimana, aku berusia 17 th. Dimana sekarang aku menginginkan my first Love menjadi kenyataan. “ ahh, aku sunggu malas hari ini.”gumamku. Aku pun mulai berjalan menuju kelas, seluruh temanku hanya melihatku dengan tatapan penuh kebencian dalam benak mereka, ini membuatku gelisah. “ apa yang terjadi” tanyaku pada Eli. “ aku yang harusnya bertanya padamu.” Jawab Eli. “ tanya sendiri pada cowok mu.” Lanjutnya. “ apa cowok ku? Yang benar saja kamu.” bentakku. “ sudahlah, aku tak mau berteman lagi denganmu.” Ucapnya lalu pergi.
Mendengar ucapan Eli yang dingin aku pun mulai melihat-lihat dan tak sedetik mata pun yang mau meliriku, aku pun mulai berpikir dan mencari dimana keberadaannya. “ oh.. kamu” teriakku pada cowok bertopi merah itu yang sedang asik bermain bola basket. “ apa yang kamu lakukan?” tanyanya. “ apa yang aku lakukan? Harusnya aku yang bertanya padamu.”. “ kenapa semua teman-temanku marah padaku, apa yang kamu bicarakan pada mereka!!” teriaku. “ katanya kamu suka sama aku” godanya sambil tersenyum kecil. “ apa suka sama kamu! Jangan asal bicara deh. Aku tidak menyukaimu”. Ujarku dan meninggalkannya sendiri. Aku pun mulai mendengar  suara khasnya “ benarkah? Berarti aku di to..”.
Sesampai dirumah aku pun langsung berpikir untuk tidur, namun Mama ku tiba-tiba masuk ke kamar membawakan album foto saat aku masih kecil. “ apa kamu ingat? Dengan foto ini.” Tanyanya sambil menunjukkan cowok tinggi yang terlihat gagah. “ foto apa Mam?”. “ ini cowok yang suka pada mu sayang.” . “ ah, cowok yang memberikan aku makanan setiap hari sabtu karena disuruh membawa bekal Mam? Tapi Ayah lupa jadi dia memberikan aku jajan”. “ itu kamu ingat, selamat ulang tahun sayangku.” Ujar Mamaku sambil memelukku. “ terimakasih Mama.” Ujarku sambil mencium tangan dan kedua pipinya. “tunggu Mam, kayaknya aku pernah melihatnya.”. “ toko kue? Sekolah ? ruang basket ? Dion?” bingungku. “ benar sayang.” Ujar Mama. Setelah mengetahui itu aku pun segera menaikki mobil dan sampai disekolah aku pun berlari mencarinya dan akhirnya kami bertemu.
“ Gadisku..” sapanya sambil tersenyum bahagia dan tiba-tiba ruang basket itu berubah menjadi tempat pesta ulang tahun yang sangat mewah, di sana mereka semua sudah berkumpul “ selamat ulang tahun SANA!” teriak teman-temanku. “ terimakasih semuanya.”. “ kenapa baru ingat sekarang?” tanyanya. “ maafkan aku Dion.”. “ tidak mau, Gadis.”. “ kenapa?”. “ kamu menolakku.” Ujarnya. “ aku tidak menolakmu. Kamu aja belum..”
“ tunggu, ayo kita buka kado nya.” Ujar Rendy yang mengetahui kalau aku akan mengucapkan kata yang akan membuatnya sakit hati. “ First Cake?” tanyaku sambil melihat wajah Dion yang tersenyum.
terima kasih dewa cinta ( Cupid ) akhirnya aku bertemu dengannya”ujarku sambil tersenyum bahagia, aku pun akhirnya mendapatkan cinta pertamaku yang telah lama hilang dan pertama kali nama kecilku di jadikan nama toko kue yang sangat aku suka, dan pemiliknya aku sangat menyukainya. Nama toko itu adala Gadisku. “benar aku menyukai mu” ujar Dion yang kemudian di sambut hangat semua teman-teman ku.


A2pstory ^ Dibalik kebahagian dan tawa pasti ada kesedian ( tapi aku berharap semuanya akan bahagia ^

End-
Terimakasih semuanya yang sudah membaca jangan lupa tinggalkan komentar ya.
A2p 


Comments

Popular posts from this blog

Just Go

Ding DoNG

Be I